Sabtu, 20 November 2010





Pertemuan secara tidak sengaja antara Yusuf dengan wanita hamil bernama Katerine, ternyata mengantarkannya pada sebuah kehidupan baru. Yusuf yang semula berstatus budak nafsu, perlahan mengalami metaformosis keimanan. 

Apalagi ketika mengetahui Katerine hanya sebagai istri kedua dari suaminya Dodi, yang lebih mana lebih dulu menikahi Laila sebagai istri pertamanya. Rasa ingin tahu Yusuf akan kehidupan poligami keluarga Dodi, ternyata mengantarkannya sebagai lelaki yang suka memperhatikan Laila.

Maklum, Laila merupakan seorang wanita bercadar yang tidak pernah lepas dari buku kecil, di mana baru diketahui Yusuf satu mushaf Alquran. Sebagai seorang pemuda gaul yang suka mabuk-mabukan dan gonta ganti wanita selama di luar negeri, Yusuf memang berubah menjadi pemuda yang jauh dengan agama. 

Namun semenjak melihat sosok wanita seperti Katerine dan Laila, dalam hatinya timbul niat untuk mendapat istri seorang wanita seperti Laila. Walau rasa kagumnya semakin memuncak dari ke hari, Yusuf tetap menjaga diri untuk tidak berbuat kurang ajar. Ia selalu mencuri pandang wajah Laila, saat ia berada di musalla kecilnya.

Tidak disangka, kakak Yusuf, Ilyasa yang selama ini tinggal di Australia, pulang dengan membawa duka. Istrinya meninggal saat melahirkan bayi yang diberi nama Lukman. Saat bertakziah ke rumah Yusuf itulah, ibunya Yusuf, Popy, berkenalan dengan Laila. Bahkan Laila langsung dapat mencuri hati Popy, karena ia bisa menenangkan Lukman, cucunya yang lagi menangis.

Di sisi lain, Dodi mau bepergian dengan Katerine untuk satu urusan bisnis. di luar dugaan, sepulang dari perbincangan bisnis, kendaraannya mengalami kecelakaan. Dodi tewas, sementra Katerine terpaksa melahirkan bayi prematur.

Kepergian Dodi dan shock yang dialami Katerine, membuat nasib Laila di ujung tanduk. Rupanya rumah tempatnya hidup bersama Dodi, telah digadaikan pada adik angkat Dodi bernama Wahyuni. Lewat tangan wanita inilah, Laila mengalami penyiksaan psikis dan mental yang amat menyiksa. Ia diperlakukan sebagai pembantu dengan pekerjaan yang banyak.

Laila pun mengaku tidak sanggup menghadapi cobaan baru ini, pada Allah dalam doa dan tangisnya. Ia sangat takut, kalau tidak dapat lagi menjaga Alquran 30 juz yang sudah dihapalnya luar kepala. Apalagi pada malam nanti, bakal ada pesta shabu-shabu di rumah kenangannya dengan Dodi. Segenap hati Laila berdoa, agar Allah menjaga rumah itu.

Doa Laila langsung terkabul malam itu, setelah sebelumnya ia numpang nginap di rumah Ibu Popy. Wahyuni dan komplotannya ditangkap polisi, bersama shabu-shabunya. Karena rumahnya di segel, Laila akhirnya disuruh tidur Ibu Popy di kamarnya Yusuf. Dari situlah ia tahu, kalau Yusuf ternyata mencuri gambarnya secara diam-diam. Foto-foto Laila saat berada di musalla pribadinya ada dalam buku pribadi Yusuf. Antara marah dan malu, akhirnya Laila minta diantarkan ke pesantren tempat asalnya dulu.

Yusuf yang menyadari kejadian itu, tak beberapa lama kemudian langsung menyusul Laila ke pesantren. Sementara di sisi lain, Ilyasa kakaknya sudah mau menikah pula dengan Katerine, berkat sebuah pertemuan di sebuah acara seminar. Ilyasa sangat beruntung, karena ayah Katerine juga mitra bisnisnya di Indonesia.

Yusuf akhirnya dapat mempersunting Laila, begitu juga dengan Ilyasa. Saat Yusuf dan Laila pulang, mereka langsung disambut dengan janur kuning. Dari situlah Laila kembali bertemu dengan Katerine. Pesta pun akhirnya menjadi tambah meriah.

Novel yang satu ini, mengangkat kehidupan poligami antara seorang hafizhah dengan seorang dosen. Tampak jelas, kalau pengarang tidak ingin membahas satu konflik poligami. Ceritanya sangat terfokus pada Laila dan Yusuf, sepanjang cara mereka bertemu dan menikah.

Walau mengambil latar belakang kehidupan poligami dari salah satu kelompok umat Islam, Jamaah Tabligh, penulis sepertinya tidak ingin membahasnya terlalu dalam. Pembaca sepertinya juga merasa tidak perlu mengikuti perjalanan pelaku lainnya, kecuali Yusuf, Laila dan Katerine.

Novel ini memiliki cerita dan konflik ringan yang menarik. Gambaran seorang hafizah yang begitu polos, tergambar dalam diri Laila. Mudah-mudahan, novel ini bisa menjadi petunjuk bagi mereka yang berstatus hafizah, agar tidak melupakan ilmu dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar